Aku Hasan, seorang pria berusia 24 tahun. Setiap hari aku bersama dengan sahabatku Nur yang berusia 20 tahun, bercanda dan tertawa bersama, kami bagaikan saudara. Tetapi sejujurnya dari awal bertemu dengan Nur, aku telah jatuh cinta padanya untuk pertama kali. Kini sudah 3 tahun kami bersama, meski Nur hanya menganggapku sebagai sahabat, perasaanku tidak pernah berubah. Hubungan kami baik-baik saja hingga beberapa bulan yang lalu, Nur jatuh cinta dengan Akhmad. Sejak saat itu, aku menjadi tempat curhatan hubungan mereka. Nur sangat bahagia, mereka jadian (pacaran) dan aku masih ada di antara mereka. Terkadang kurasakan aura mengerikan dari mata Akhmad, seakan menyuruhku untuk menjauh dari Nur dan aku pun menjauh, Nur menyadari hal itu, dia memarahiku karena menjauh darinya hanya karena Akhmad bersamanya. Apa yang harus aku lakukan? Jujur aku hanya pecundang yang tak mampu mengungkapkan perasaannya, aku bahagia melihat Nur bahagia bersama Akhmad (itu bohong, hatiku sakit). Mungkin ini adalah hubungan paling aneh yang pernah kulihat. Meski Nur berpacaran dengan Akhmad, kami tetap sering bersama, bahkan Nur lebih sering menghabiskan waktu bersamaku dibanding dengan pacarnya. Aku suka hal itu, tapi tetap aneh menurutku. Aku pun bertanya pada Nur "Ku pikir orang yang jatuh cinta itu lebih senang jika terus bersama kekasihnya, tapi kenapa kamu masih bersamaku?" (kutanya sambil meledeknya). "Kalau aku dengan Akhmad, kamu nanti sendirian, hahaha". Dia memang suka bercanda, hanya dia yang bisa mengerti dan tahu banyak hal tentangku, hanya dia yang tahu apa yang tidak kusukai, hanya dia yang tahu apa yang membuatku sangat marah, dan hanya dia yang bisa menghentikanku disaat emosi tak mampu kutahan. "Hei, ini serius, kenapa jarang ketemuan dengan Akhmad? Tidak ada apa-apa kan?", aku bertanya lagi pada Nur. Dia tersenyum lalu berkata "Di pagi hari hingga siang hari aku bertemu dengan Akhmad, sore hingga malam dengan Hasan. Hahaha... hmmm... rasanya sangat menyakitkan bila merindukan seseorang, tapi akan sangat bahagia bila bertemu, makanya aku memilih untuk jarang bertemu dengan Akhmad", itulah yang Nur katakan. Kami memang sering bersama, dia sering mengerjakan tugasnya bersama ku, meski aku tak mengerti tentang tugasnya itu, hahaha.
"Kenapa kau tidak mencari pasangan, Hasan?", tanya Nur padaku. Aku hanya tertawa lalu melempari dia kertas bekas cakaran rumus-rumus aneh. "Apa kau tahu? Setiap wanita mendambakan seorang pria yang mencintainya dengan tulus dan menerima dia apa adanya, orang baik seperti mu pasti diidamkan setiap wanita", itu yang Nur katakan padaku, (Aku adalah pria yang sejak dulu sampai sekarang berada disisimu, menerima keadaanmu, mencintaimu dengan tulus, tapi kau tak pernah menyadarinya) bodohnya aku yang hanya mengucapkan kalimat itu dalam hatiku. Hari-hari berlalu, tak ada yang berubah kecuali Nur jadian dengan Akhmad, tetapi semakin lama aku mulai membenci kelakuan Akhmad. Pria itu tetap tebar pesona dengan wanita lain. Bahkan saat Nur sakit, dia tak pernah muncul, sms atau telpon pun tak ada. "Aku bersyukur karena bisa akrab denganmu Hasan", Nur mengucapkannya dengan tersenyum bahkan disaat dia terbaring lemah. Karena hal ini, aku pergi menemui Akhmad dan bertanya tentang tingkahnya.
"Maaf, mungkin aku ikut campur, tapi kenapa kau tak pernah muncul di Rumah Sakit untuk menemani Nur?", tanyaku ke Akhmad. "Hmm.. Nur meminta putus denganku, kami berpisah dua minggu yang lalu, dia menyuruhku untuk mencari wanita lain yang sepadan denganku tanpa menghiraukan perasaannya", jawab Akhmad. Aku terkejut mendengar hal itu "lalu kau sendiri, bagaimana perasaanmu pada Nur? Apa kau akan mencari wanita lain?". "Dulunya kukira aku cinta pada Nur, tetapi mungkin itu hanya perasaan kagum pada kebaikannya dan kukira kak Hasan yang betul-betul mencintai Nur. Aku hanya tidak tega jika Nur tetap mengharapkan cinta dari pria sepertiku, mungkin aku akan mencari wanita lain seperti yang Nur inginkan", itulah yang Akhmad katakan padaku. Aku kembali ke Rumah Sakit dan bertemu dengan Nur, dia ditemani Ibunya, aku tak sanggup bertanya tentang kebenaran hubungannya dengan Akhmad hingga Ibunya pergi.
"Nur... Kenapa kau rahasiakan tentang hubunganmu dengan Akhmad? Ada apa? Kenapa kau ingin putus?", Nur mulai meneteskan airmata, aku minta maaf karena membuatnya menangis. Lalu dia mulai bercerita, "entah apa yang kupikirkan, kau tahu bagaimana fisik ku, aku yang lemah dan sering sakit, aku tak pantas untuknya. Aku hanya ingin menjadi ibu rumah tangga yang baik, tapi dengan keadaanku, mungkin hanya akan merepotkan suamiku kelak. Aku menyuruhnya mencari wanita lain yang lebih pantas dibanding aku, tapi rasanya sangat menyakitkan jika Akhmad bersama wanita lain, menyaksikan orang yang kita cintai bahagia dengan orang lain, itu sangat menyakitkan terlebih karena Akhmad adalah cinta pertamaku, mungkin kau tak akan mengerti perasaanku, maaf karena tak menceritakannya padamu. Aku hanya takut kau sangat khawatir". "Dasar bodoh, aku mengerti perasaanmu, sudah jangan menangis, kau itu tidak cantik, kalau menangis yah makin jelek", setelah kuledek, dia mulai menghapus air matanya dan tertawa. (Aku sangat mengerti perasaan itu, sangat mengerti karena kau cinta pertamaku).
Aku tetap berada disisi Nur, menemani dia, bercanda dengannya, dan jika kami berpapasan dengan Akhmad yang sedang bersama wanita lain, aku akan selalu menghiburnya. Entah sampai kapan perasaanku akan kusimpan. Mungkin aku hanya akan jadi pengecut yang akan menyembunyikan cintanya. Tapi keajaiban terjadi, tepat dihari ulang tahun ku yang ke-25, Nur mengatakan hal yang aneh dan sulit untuk kupercaya. Dengan membawa kue buatannya sendiri dan bernyanyi lagu selamat ulang tahun, serta do'a yang sangat panjang dia ucapkan untuk ku, "Hasan, maukah kau hidup bersamaku? Maukah kau selalu mendampingiku?", tanya Nur padaku sambil menundukkan wajahnya. "Nur, ada apa? Kenapa bertanya begitu?", jelas aku kaget dengan pertanyaan itu. "Maaf Hasan, aku memang bodoh, selama hampir 4 tahun kita bersama, aku mencari cinta yang lain dan salah menafsirkan perasaan suka sebagai cinta, kurasa Akhmad bukan cinta pertamaku, aku murung dan melamun saat melihat Akhmad dengan wanita lain, bukan karena bersedih tapi aku bingung karena tak ada perasaan sedih yang aku rasakan. Dulu aku memarahimu karena menjauh dariku, saat itu aku sadar bahwa aku lebih senang saat bersamamu, tapi aku selalu menolak perasaanku karena mungkin kau hanya menganggapku sebagai adikmu. Maaf berkata aneh dihari ulang tahunmu". Sungguh kalimat tak terduga dari Nur, "Jadi ceritanya saat ini kau sedang melamarku untuk menikah denganmu?", ujarku. "Iya, apa kau mau?", tanya Nur padaku lagi. "Tidak", jawabku. Nur terdiam saat mendengar kata tidak dariku. "Kau kira aku mau dilamar gadis bodoh sepertimu? Itu bukan tugasmu, jangan jadikan aku pecundang yang dilamar oleh wanita. Melamar adalah tugas pria. Nur, maukah kau menikah dengan pria aneh ini? Meski pun aneh, tetapi tetap mempesona, bukan?". Mendengar kata-kataku dia memukulku dan tertawa.
Aku pun menceritakan perasaanku yang terpendam dan Nur balik meledek bahwa akulah yang bodoh bukan dirinya, yah aku memang bodoh karena tak pernah mengungkapkannya, tapi inilah indahnya cinta, meski tak kuungkapkan, Allah SWT. telah mengatur segalanya. Jodoh tak akan kemana, aku sangat yakin akan hal itu. Kami menikah tepat pada 4 tahun kami bersama, hari pertemuan yang membuat kami bertemu dan menjadi sahabat kini menjadi hari pernikahan kami.
Yosh... makasih sudah mau membaca, maaf kalau kisahnya terlalu lebay dan pasaran alias sudah banyak kisah seperti itu. Kalau pun ada kesamaan kisah, hal itu hanya kebetulan.. ^_^
0 komentar:
Post a Comment